Ada upaya yang menghalanginya bertemu Lorna membuat geram hatinya. Tapi tak tahu harus menyalahkan siapa. Kenapa Ndari ikut mencegahnya menyusul Lorna ke rumah sakit? Kenapa pula Beni yang seharusnya mendukung justru membela Ndari? Kenapa Joy juga ikut-ikut menyembunyikan keberadaan Lorna walau kemudian menjelaskan keterlibatannya? Ada apa semuanya itu?
Bodoh sekali! Kenapa kubiarkan Lorna berlalu saat berpapasan dengannya di pintu gerbang? Kenapa tak mengambil inisiatip sendiri ketika itu dengan langsung menghadapinya? Dewa berusaha meredakan kecamuk yang melanda hatinya dengan menyalahkan diri sendiri.
Saat tiba di rumah. Segala pertanyaan yang berkecamuk membuatnya tidak peduli pada lingkungan di sekitar. Rumahnya masih dalam keadaan gelap saat masuk ke dalam, segelap suasana hatinya. Lampu rumah belum ada yang menyala. Berarti tidak ada orang di rumah, dan Gino masih berada di Griyo Tawang, belum kembali. Dia memintanya pergi kesana sebelum pergi ke acara reuni,
Dihenyakkan pantatnya ke kursi rotan beralas bantal berlapis kanvas merah. Dan mulai melepaskan sepatu bootnya, dimana terasa sulit untuk dilepas, seperti mencengkeram kakinya. Karenanya lalu dipaksakan menarik dengan kekuatan emosi yang sedang bergolak. Begitu lolos, tanpa sengaja sepatu terlepas dari pegangan, terlempar terbang menimpa gentong keramik di sudut ruangan.
"Prak!"
Tutupnya jatuh, pecah menjadi beberapa bagian. Mengejutkan seekor kucing hitam yang tadi mengendap di bawah kursi, kemudian berlari tunggang langgang keluar melalui pintu.
Dewa tak peduli situasi ruangan yang masih gelap. Lalu menutup wajah dengan telapak tangan. Menunduk menghadap lantai gelap dengan mata terpejam. Dalam keheningan suasana, lalu meremas-remas rambut kepalanya, seakan melampiaskan segala bentuk kekesalan, dan berusaha mengurai pertanyaan yang tak mau pergi, mencari jawaban yang bisa menjelaskan semua kejadian yang dialaminya pada hari ini.
Apakah Lorna yang enggan ditemui? Ataukah memang dia yang menghendaki agar aku jangan sampai menemuinya? Lalu apa alasannya bila benar dia mengabaikan aku? Apakah hanya lantaran tekanan darah yang lemah membuatnya masuk rumah sakit? Ataukah ada sebab-sebab lain? Tapi yang jelas, bukan akibat ujung roda sepeda motornya yang menyentuh kakinya yang menyebabkannya masuk ke rumah sakit.
Lama sekali mencari jawaban atas pertanyaan yang membeliti pikirannya, yang tak kunjung didapat. Kesimpulan yang dirasakan tetap berupa lingkaran yang membingungkan.
Bola matanya memerah saat kelopaknya terbuka. Bathinnya lelah. Tubuhnya pun lungkrah. Lalu bangun duduk. Bangkit menuju beranda di belakang rumah. Menuruni anak tangga di saat bulan mengintip dari balik awan tipis.
Suara katak langsung berhenti karena kehadirannya di pinggiran kolam. Hanya gemericik gelembung air yang jatuh dari pancuran di sudut kolam saja yang tak terusik.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, tergantung sebuah sansak. Benda itu biasa digunakannya berlatih bela diri. Untuk melampiaskan rasa kesal yang menghimpit perasaannya. Kemudian benda itu dijadikannya sasaran pelampiasannya. Ditendang dan ditinjunya bertubi-tubi. Seakan meninju wajah-wajah yang membayang pada dinding sansak. Wajah-wajah yang membuatnya kesal. Dikerahkannya segenap tenaganya hingga urat lehernya terbentuk seperti cacing. Hal itu dilakukannya hingga kecamuk dalam dadanya mereda. Dan benda yang menjadi pelampiasan, meninggalkan lekuk dalam akibat pukulan bertubi-tubi.
Dahinya menghujam terbenam di lekukan itu. Tangan mencengkeram bodi sansak. Matanya terpejam, merasakan kegelapan dan keheningan. Nafasnya berangsur-angsur mulai mereda, sebelum akhirnya berlutut di lantai, meringkuk lama.
Suasana kembali senyap. Gedebak-gedebuk suara pukulan pada karung sansak sudah lama hilang. Kucing hitam yang tadi lari ketakutan menghampirinya, menggesekkan misai ke kakinya. Sejak kedatangannya binatang itu ingin mendekat, seakan ingin menyapa, seperti tahu pikiran tuannya yang sedang gundah.
Sementara di atas loteng. Seekor anjing pudel, tak menyalak atau pun bersungut lagi. Matanya yang bersinar dalam gelap masih tajam memperhatikannya, seakan kuatir apa yang terjadi dengan tuannya. Kepalanya bergerak-gerak berusaha mencari tahu kenapa tuannya meringkuk di bawah sansak yang tergantung di atasnya.