Mobil travel yang akan membawa mereka pergi sudah menunggu di tepi jalan depan rumah. Wulan berpamitan kepada semua penghuni rumah. Demikian pula Dewa. Para tetangga yang melihat kedatangan Dewa juga nampak berkerumun mendatangi. Mereka ingin melihat kehadiran Dewa. Ayah Wulan. Suami almarhum Nirmala. Mereka tidak tahu kalau Dewa sudah datang sejak tadi malam. Mereka adalah para tetangga yang selama ini juga menaruh perhatian kepada Wulan. Barangkali lantaran mereka mengetahui sejarah kelam yang dialami Nirmala. Maka mereka nampak ikut berbahagia ketika melihat gadis kecil itu nampak bahagia dalam gendongan ayahnya. Apalagi Dewa menjemput untuk mengajaknya berlibur.
Ada beberapa gadis yang turut berkerumun. Mereka penasaran ingin melihat suami almarhum Nirmala. Katanya orangnya ganteng, kalem, sopan dan baik. Ketika mereka melihat Dewa. Mereka pada bergunjing, karena apa yang dipergunjingkan, benar adanya. Dewa berpostur tegap, dada yang bidang dan cara berpakaian nampak elegan. Celana dan kaos t-shirt warna hitam. Rambut panjang yang terikat ke belakang. Wajahnya yang mirip wajah-wajah yang ada di film-film action. Duh, membuat mereka ingin mengenal lebih dekat dengannya. Apalagi lelaki itu kini menyandang predikat duda. Tak apalah duda kalau sudah begitu. Mereka berpikir untuk melakukan pendekatan dengan lelaki itu, tentu harus melalui Damayanti. Ada dua gadis temannya yang belum lama ini pernah diajak Damayanti menginap di rumah Dewa. Kedua gadis itu tak nampak di antara mereka.
Eyang Kakung, dan eyang Putri berdiri melambai kepada Wulan.
"Hai, da... da... Wulan."
"Da Yang..."
Wulan membalas lambaian tangan mereka.
"Mas, bila Wulan perlu minum, sudah kusiapkan air putih dan roti di dalam tasnya. Jaketnya juga kumasukkan didalam." kata Dama kepada Dewa. Mata Dama nampak berkaca-kaca ketika mengantarkan Wulan masuk ke dalam mobil travel. Wulan melendot manja dalam pangkuan Dewa. Dama mencium sesaat pipi Wulan, lalu punggung tangan Dewa sebelum menutup pintu mobil.
"Baik-baik ya sama Ayah."
"Ya, Lik Ti."
"Da...da,.. nanti Lik Ti menyusul."
"Daaaa..."
Semua melambaikan tangan ketika mobil travel meninggalkan tempat itu. Wulan duduk dipangkuan Dewa. Gadis kecil itu tetap memilih duduk dipangkuannya, ketika ditawari untuk duduk sendiri.
"Nanti kalau haus atau lapar atau kalau Wulan ingin pipis, bilang kepada Ayah, ya?"
Wulan mengangguk.
Perjalanan yang ditempuh diperkirakan akan sampai di tujuan, sekitar jam tujuh malam. Saat berhenti untuk beristirahat makan. Dewa berbelanja makanan dan minuman untuk keperluan Wulan di perjalanan. Wulan lebih banyak tertidur. Selama itu Dewa bisa puas memandangi wajah buah hatinya.
Selama itu pula pikiran Dewa melayang dan berandai-andai. Apa yang dikatakan Damayanti tadi tentang Lorna, membuatnya ekstra untuk mencari pemecahannya. Selama ini, apa yang selalu ditanyakan Wulan perihal Bundanya, sifatnya hanya untuk mengalihkan. Dia tak tahu akhir dari jawabannya yang selalu mengatakan bahwa Bundanya masih pergi ke bulan.
Bunda Wulan adalah seorang bidadari yang teramat cantik, yang suatu kali akan pulang kembali membawakan selendang buatnya. Apabila dia bisa membawakan Lorna kepadanya dan mengatakan bahwa Lorna adalah Bunda Wulan. Betapa bahagianya gadis kecil itu. Tentu itu akan memberi rasa percaya diri bahwa apa yang dijadikan alasan adalah benar. Ternyata Bundanya pulang. Bundanya cantik seperti yang sering diceritakan Ayah. Jadi Ayah tidak berbohong. Itu adalah bayangan menyenangkan bila tak ada masalah dengan Lorna. Masalahnya adalah Lorna belum mengetahui perihal Wulan.
Selama ini, Lorna hanya mengetahui bahwa dalam kehidupan Dewa hanya pernah diisi oleh Nirmala. Kehadiran Nirmala dalam kehidupan Dewa, membuat Lorna merasa dikhianati. Dewa tak tahu alasan kenapa tiba-tiba Lorna pergi jauh tanpa meninggalkan pesan sama sekali kepadanya. Padahal selama ini hubungan mereka demikian akrab serta saling mengerti. Dewa tidak tahu kalau alasan kepergian Lorna karena Nirmala. Lorna baru memahami tentang siapakah gerangan Nirmala setelah ada penjelasan sedikit dari Rahma. Bahwa apa yang dilakukan Dewa untuk menikahi Nirmala bukan atas keinginannya, tetapi keinginan orangtua Dewa yang merasa berhutang budi kepada orangtua Nirmala. Saat orangtua Nirmala meminta tolong kepada orangtuanya dengan persoalan yang sedang dialami Nirmala. Pada saat itu Nirmala menjadi korban asusila yang dilakukan salah seorang kerabatnya. Akibat itu semua yang membuat Nirmala tak hanya menanggung aib, tetapi tumbuhnya janin dalam kandungannya itu yang harus dicarikan pemecahannya. Sebagai anak yang berbakti kepada orangtua, maka Dewa merelakan untuk menjadi suami dan ayah yang dikandung oleh Nirmala.
Rahma tidak tahu kalau pada saat Dewa menikahi Nirmala, gadis itu tengah mengandung. Sehingga apa yang dijelaskan kepada Lorna adalah apa yang diutarakan oleh Beni kepadanya.
"Jadi kalau Lorna menanyakan perihal hubungan Nirmala dengan Dewa seperti itu. Setelah kamu jelaskan, terserah padanya apakah dia mau hadir atau tidak dalam reuni." kata Beni.
Pada saat itu Rahma berusaha melakukan kontak dengan Lorna. Rahma berusaha mengontak Lorna dalam rangka untuk membertahukan ada undangan reuni.
"Aku sungguh nggak tahu kalau alasanmu pergi begitu saja karena merasa dikhianati Dewa. Aku juga baru mengetahui sekarang, kalau Lorna mencintai Dewa. Lalu apakah Lorna pernah mengatakan cinta kepadanya? Pernahkah?" tanya Rahma ketika itu.
Lorna seketika itu tersadar ketika Rahma bertanya soal itu. Jadi kenapa harus Dewa yang dipersalahkan. Padahal apa yang dilakukan Dewa bukan atas keinginannya. Semua itu dilakukannya sebagai pengorbanan untuk pengabdian kepada orangtuanya.
"Jadi terserah Lorna sekarang. Apakah mau datang ke acara reuni atau tidak. Kejadian itu kan sudah lama. Apalagi Nirmala sudah meninggal. Cobalah memberinya pengertian dan maaf kepada Dewa bila memang dia merasa bersalah. Aku sih tak membela siapa-siapa. Aku cuma mencari yang terbaik agar hubungan kalian bisa terjalin kembali. Selama ini kita kan baik-baik. Kepergianmu membuatku merasa bersalah dan selalu bertanya-tanya ada apa selama ini."
Ketika itu Lorna selama beberapa hari tak habis-habisnya menangis dan menyesali atas sikapnya selama ini.
Dewa tersentak dari lamunannya manakala supir travel menanyakan alamatnya. Saat itu di luar sudah gelap malam. Wulan masih tidur dibangku. Kebetulan kursi sudah kosong sehingga bisa digunakan untuk membaringkannya. Dewa memberitahukan supir travel.
Gino sudah berjaga didepan pintu pagar. Damayanti menelponnya kalau mas Dewa pulang membawa Wulan, jadi tolong ditunggu didepan.
"Halo, ning ayu!" sapa Gino ketika menyambut Dewa turun dari mobil travel. Wulan sudah bangun, tetapi masih dalam gendongan Dewa.
"Tolong tas yang di bagasi...." kata Dewa kepada Gino.
Gino lantas mengambil tas dan barang milik Wulan. Dewa kemudian membawa Wulan ke dalam kamarnya. Meletakkanya ke atas tempat tidur. Wulan masih malas bicara. Matanya masih belum lepas dari kepenatan tidur.
Tanpa disuruh. Gino membuatkan mereka minum. Teh hangat. Dewa kemudian memberi minum Wulan perlahan.
"Masih ngantuk, sayang?"
Wulan menggeleng.
"Ayah, ada guguk diluar!" kata Wulan.
Dewa tertawa lunak.
"Itu guguk Wulan!"
Di luar Baba sedang menyalak. Kalau ada Gino biasanya Babak menyalak bila melihat kelelawar yang menggelayut di pohon jambu air di belakang.
"Itu Baba, besok bermain dengan Baba. Wulan mandi dulu ya? Mandi di bak dengan air panas. Nanti mandi bersama Ayah."
Wulan lantas melepaskan pakaiannya.
"Nanti dulu, sayang. Nanti biar Ayah yang melepas pakaian Wulan. Kita minum dan makan kue dulu. Mau makan apa nanti?"
Wulan menggeleng.
"Ayah buatkan, mie goreng ya?"
"Tadi sudah makan kan, Yah."
"Tadi di jalan itu makan sore. Sekarang makan malam. Atau Ayah belikan nasi goreng ya?"
Wulan mengangguk. Maka Dewa menyuruh Gino untuk membelikan nasi goreng. Sementara Gino keluar membeli nasi goreng. Dewa membawa Wulan ke kamar mandi. Mereka berdua berendam dalam bak mandi dengan air hangat. Gadis kecil itu senang bermain buih sabun. Wajahnya dan badannya tersembunyi buih yang melimpah. Mereka bercanda bermain sembunyi-sembunyian. Dewa pun mengeramasi rambut Wulan yang panjang. Menyabuni kulit tubuhnya yang terasa halus dan lembut. Dibersihkannya gigi Wulan dengan jarinya. Giginya nampak bersih dan tumbuh dengan baik. Rupanya selama ini Dama merawat Wulan dengan baik.
Dama juga menyertakan semua keperluan Wulan, seperti bedak, baby oil, juga minyak telon. Besok Dewa akan belanja barang-barang seperti itu untuk persediaan. Keperluan Wulan harus ada di rumah itu, meskipun nanti Wulan tidak tinggal ditempat itu. Karena rencananya Wulan akan tinggal di Griyo Tawang bersama Damayanti. Dewa akan sering kesana.