Rahma masih berada di dalam saat Beni kembali bersama Grace. Dini memberitahukannya sedang mandi dulu. Sementara dalam sekretariat sudah banyak yang datang. Berkumpul seperti itu terasa menjadi menyenangkan. Ada banyak makanan tersedia. Setiap yang datang rata-rata membawa makanan. Wajah mereka nampak senang sekali. Bisa bertemu wajah-wajah lama yang pernah dikenalnya. Mereka nampak lebih akrab bila dibandingkan ketika mereka masih di sekolah. Bahkan yang pernah berseteru kini nampak bersahabat. Seakan telah melupakan masa-masa dulu. Masing-masing mengaku memiliki kekurangan. Kedewasaan membuat mereka menyadari arti penting sebuah pertemanan.
Facebook reuni mulai banyak yang mengunjungi. Undangan yang disebarkan sudah direspon. Sumbangan dana sudah mulai terkumpul. Panitia tidak memungut biaya pendaftaran, panitia hanya menentukan sumbangan sukarela. Biaya reuni akan ditutupi dari sumbangan sukarela. Saat ini biaya yang dikeluarkan masih berasal dari sumbangan yang diberikan oleh Lorna pada saat Rahma memberitahukan akan ada reuni susulan.
"Lorna beritahukan iklan itu paling cepat lusa sudah ditayangkan," kata Rahma memberitahu Beni ketika kembali ke sekretariat sehabis mandi.
"Kapan dia menelpon?" tanya Beni.
"Belum lama!"
"Untuk acara penghijauan bagaimana perkembangannya?" tanya Beni.
"Tarman sudah menghubungi Dinas Pertanian. Kerjasama sedang diproses karena Dinas Pertanian masih mencari data penyediaan tanaman dan lokasi yang akan dijadikan objek penghijauan mereka," Dini menjelaskan.
"Ingat waktu kita meninjau lokasi reuni di Cangar?" kata Beni.
"Kenapa?" tanya Tari.
"Dewa bilang di sebelah barat daerah itu sudah gundul akibat penebangan liar. Apakah sebaiknya lokasi itu saja yang kita ajukan untuk objek penghijauan," kata Beni.
"Itu kan masuk wilayah Kota Administrasi Batu," Ronal yang berada dipojok dekat tivi ikut menyela pembicaraan.
"Tak peduli masuk wilayah mana. Penghijauan diperlukan untuk wilayah yang gundul dan rusak. Apalagi di daerah itu merupakan wilayah penghasil mata air untuk sungai Berantas yang membelah kota Malang," kata Beni membantah.
"Tapi tanggung jawab wilayah itu ada pada pemerintah daerah kota Batu. Yang merusak mereka kok kita yang harus menanggung."
"Tanggungjawab pelestarian lingkungan ada dipundak siapa saja. Tanpa terkecual kita. Kalau tidak. Seperti yang kau bilang barusan. Kita yang menanggung akibatnya. Apalagi secara histori Batu dulu bagian dari kota Malang."
Kata-kata Beni sesungguhnya menyindir pendapat Ronal. Karenanya kini Ronal diam. Timi dan Johan yang duduk di depannya, yang sedang menyantap kacang kulit hanya mengangkat alis. Johan melemparkan kulit kacang ke layar tv ketika melihat iklan Lorna tertayang pada layar tivi di depannya.
"Jadi nggak ke Jakarta?" tanyanya kepada Ronal.
"Nanti kita pikirkan. Aku harus hubungi Simanjuntak dulu," jawab Ronal.
"Simanjuntak, anak jaksa itu?" tanya Timi.
"Ya!"
Dini yang di depan komputer menandai mereka yang akan ikut, sambil membalas telepon masuk. Rata-rata semua menyambut dengan antusias acara tersebut.
"Supaya kamu nggak capai membalas telepon. Coba beri pesan pengalihan untuk mengirim ke email. Bagi yang tidak coba alihkan ke penerimaan sms," kata Joy saat melihat Dini sibuk membalas telepon masuk.
"Bantuin aku nyetelnya, Jo!"
Joy lantas membuat penyetelan tersebut pada hape Tari dan Dini.
"Setelah ini, kamu tinggal menanggapi sms atau email yang masuk terlebih dahulu."
"Oke, Jo. Thanks!" kata Dini dan Tari.
"Supaya data itu mudah disatukan."
Grace duduk memojok bersama Rahma. Reni dan Saras sedang berbincang dengan beberapa temannya yang lain dekat mereka. Grace sengaja menjauhi tempat Ronal duduk karena sedang ditelepon Lorna.
"Dia kudengar buka Cafe di Denpasar. Timi dan Johan ikut dia. Biasa bokapnya yang hakim itu kan duitnya banyak."
"Apa nama Cafenya?"
"Mana kutahu. Kurasa dia punya rencana untuk mempromosikan Cafenya pada saat reuni dibuka."
"Biarkan saja, itu urusannya. Kamu ada jadwal libur dalam waktu dekat ini nggak?"
"Maksudmu?"
"Lusa dan seterusnya."
"Memangnya ada apa?"
"Kukirim tiket ke Bali. Lusa aku ada di Bali."
"Sebentar kutanya ke Rahma."
Lalu Grace menepuk paha Rahma yang sedang asyik bicara dengan Reni.
"Sori, Ren. Ada apa, Grace?"
"Dia mau kirim tiket buat kita ke Bali."
"Siapa?"
Grace mengedipkan sebelah mata.
"Dia? Kapan?"
"Lusa!"
"Berapa hari?"
Grace bicara lagi dengan Lorna.
"Berapa lama?"
"Terserah kalian!" jawab Lorna.
"Dia bilang terserah kita."
"Ada apa di Bali?"
"Bantuin aku. Beberapa hari lagi Dewa ulang tahun, tapi dia nggak tahu," jawab Lorna.
"Jadi kamu dengannya ada di Bali nanti?" tanya Grace.
"Ya, pokoknya dia sendiri sampai saat ini tak tahu. Aku sendiri baru tahu dan diingatkan dari data undangan pencarian yang kalian lakukan di facebook reuni."
"Oh, ya? Dini dan Tari yang memasukkan datanya. Dia yang tahu, tapi kenapa mereka berdua diam saja nggak bilang."
"Sudahlah, bantuin nanti ya?"
"Kalian di Bali ngapain?"
"Aku lagi ada shooting iklan hotel."
"Wow, keren! Dengan kekasihmu?"
"Ah, enggak! Dia kuminta menemani saja. Kebetulan pamerannya bisa ditinggal. Ada yang mengurusi. Dewa lagi ke lantai atas kuminta mengambil gitar. Sudah begitu dulu ya? Besok kita sambung untuk konfirmasi tiketnya. Nanti di Bali kujemput. Selamat malam ya."
"Yuk, selamat malam. Thanks ya?"
Grace mencubit manja paha Rahma seraya berbisik ke telinganya.
"Dia di Bali akan shooting iklan. Saat di sana nanti kekasihnya itu akan ulang tahun. Kita diminta membantu."
Wajah Rahma nampak ceria.
"Oh ya?"
Kemudian Rahma dan Grace menerima sms dari Lorna yang memberitahu, bahwa Dewa setuju mengajak Rahma dan Grace berlibur di Bali. Karena pesanan penginapan yang diurus Komang sudah dijawab, sedangkan penginapan itu ada beberapa kamar yang kosong yang bisa untuk Rahma dan Grace.
Lorna juga mengajak Titi pembantunya, tiketnyapun sudah disusulkan kepada Imelda, yang sudah pula dipesankan.
"Jadi apa hadiah yang bisa kita berikan?" tanya Grace pada Rahma secara sembunyi-sembunyi.
"Sulit sekali memilih...." jawab Rahma.
"Kurasa dia tak memerlukan itu, dia hanya perlu ucapan saja."
"Bagaimana kalau foto yang kita ambil waktu malam hari di taman di rumah Lorna?"
Grace mengangkat jempol.
"Tinggal kita pilih bingkainya," katanya.
"Besok kita cari berdua."