Bagi Grace dan Rahma keinginan Lorna mengajaknya ke Bali adalah keinginannya agar bisa melanjutkan keakraban persahabatan mereka setelah sekian lama sempat terputus. Sikap Lorna yang dirasakan Rahma dan Grace tak pernah berubah.
Malam itu dalam teleponnya ke Maminya di Australia, Lorna memberitahukan akan berada di Bali bersama Rahma dan Grace menemaninya saat pengambilan shooting film untuk iklan resort. Job iklan yang didapatkannya pada saat Mami dan Papinya bersama Dewa berada di Bali.
Diberitahukan pula bila Dewa sedang berpameran di Jakarta, saat ini menginap dirumahnya.
"Dewamu menginap di rumah, bidadariku?"
"Ya, Mom. Kenapa?"
"Mami tak sabar ingin cepat dapat cucu. Kalau saja rahim Mami normal, tak operasi saat melahirkanmu karena kelainan, tentu bidadariku memiliki saudara."
"Aduh, Mommy. Sudahlah, Lorna mengerti sekali. Hal itu jangan dipikirkan dan diungkit lagi, Mom. Yang paling penting Mommy masih memiliki Lorna,"
Walau tak memiliki saudara kandung. Lebih penting bagi Lorna memiliki Mommy dan Daddy. Dewa adalah orang yang paling dicintainya setelah Mommy dan Daddy."
"Ya, sudah. Mami tak akan mengungkit lagi."
"Ini di Indonesia bukan di Australia. Apalagi dia orang Jawa. Nanti pada waktunya Mommy akan Lorna berikan cucu, berapa yang Mommy mau. Dewa baik sekali, Mom. Dewa tak mau melakukan itu. Dia tetap menjaga kesucian Lorna. Dewa sudah bilang nanti kalau sudah resmi betul. Sabar ya Mom."
"Kepribadiannya baik. Kalian sudah bercinta?"
"Kan Mommy sudah tahu. Lorna cinta banget padanya, Mom."
"Ya, Mami tahu, sayang. Kalian sudah lama saling mengenal. Cintanya terhadapmu bagaimana?"
"Sama seperti yang Lorna berikan. Dia penuh pengertian dan perhatian pada Lorna. Lorna juga tak sabar ingin cepat, agar Lorna bisa selalu tinggal bersama. Lorna sekarang jadi tak tahan bila berpisah dengannya."
"Kamu sudah katakan itu padanya, sayangku?"
"Sudah, Mommy. Lorna selalu bicara terus terang, sama halnya kalau Lorna bicara dengan Mommy."
"Baguslah, sayang."
"Dewa bilang hanya memiliki Lorna. Cintanya hanya untuk Lorna, Mom. Cintanya sudah berlangsung sejak pertama bertemu dengan Lorna. Dan ternyata perasaan itu juga yang Lorna rasakan sejak Lorna masuk sma itu, Mom."
"Mami tahu. Jagalah ikatan cinta kalian. Kalian sudah mengikat cincin. Dibina dengan baik hubungan kalian. Mommy dan Daddy berharap pada hubungan kalian berdua. Katanya kamu sedang cari rumah di daerah Kemang. Ambil saja nanti beritahu Mami. Sayangku mau buka tempat untuk Longue atau Grill?"
"Lorna merencanakan seperti itu. Lorna banyak melakukan appoinment. Nanti, disamping sebagai sarana untuk itu, juga untuk memajang karya-karyanya Dewa, dan yang lainnya. Yang penting saat ini, mendapatkan tempatnya dulu. Sudah ada yang kutaksir, dan masih kita pelajari statusnya, penawaran juga sudah dilakukan."
"Baguslah, sayang. Kamu belum mau tidur? Dewamu ada bersamamu?"
"Lagi ke lantai atas mengambil gitar."
"Bidadariku sudah makan?"
"Menunggu dia, masih belum mau. Biasanya tengah malam kita mengisi perut."
"Jangan terlalu sering makan malam, untuk menjaga bentuk tubuhmu. Ya, sudah, Mami rindu mencium pipimu dan memelukmu."
"Lorna juga, Mom. Lorna sayang Mommy. Kemana Daddy?"
"Sedang ke dalam kota, sayang. Kirim salam ke Dewamu, ya?"
"Nanti Lorna sampaikan. Bye Mommy."
"Bye, bidadariku. I love you my sweet heart."
"I Love you too, My Mom. To next time. Bye! Bye!"
"Bye!"
Lorna meletakkan hapenya ke atas nakas. Dan Dewa masih belum kembali dari mengambil gitar. Lorna berniat menyusul ke atas. Dan berpapasan saat dia menuruni tangga.
"Punya serep senar gitar?" tanya Dewa.
"Ada. Kenapa?" tanya Lorna.
"Satu senarnya putus!"
Kemudian keduanya kembali ke lantai atas. Lorna menunjuk serep senar yang disimpan di laci. Dewa yang mencari di dalamnya. Memang Lorna menyediakan serep senar gitar satu set. Dewa lalu memilih nomer senar yang putus. Tak sulit bagi Dewa untuk mengganti senar yang putus serta menala kembali nadanya. Dia melakukannya dengan cepat. Sementara Lorna mengawasi apa yang dilakukannya. Dia melihat betapa terampilnya Dewa mengerjakannya.
"Bagaimana?" tanya Dewa pada Lorna.
Lorna tersenyum.
"Sudah selesai?" tanya Lorna.
"Mau disini atau dalam kamar?"
"Di kamar saja."
Maka keduanya turun kembali ke kamar.
"Dapat salam dari Mommy."
"Mami telepon?"
"Lorna yang telepon."
"Terima kasih. Apa yang dibilang Mami?"
"Mommy minta cucu."
Satu tangan Dewa dilingkarkan ke pinggang Lorna, sementara tangan yang satu masih memegang leher gitar. Dan wajahnya ditempelkan ke pipi Lorna. Mencium lembut pipi Lorna yang halus.
"Nanti kita berikan."
Lorna lantas memagut bibir Dewa sesaat, tapi pagutan itu ditahan oleh Dewa hingga nafas Lorna tersengal. Dewa pun lalu melepaskan. Keduanya saling menatap dalam.
"Aku mencintaimu, De."
"Aku tahu, Na. Anak kita nanti secantik dirimu."
"Seganteng kamu, De. Menurutmu aku cantik, De?"
Dewa lalu memilin kembali bibir Lorna sejenak. Lorna memejamkan matanya. Dewa melepaskannya, dan melihat bibir Lorna yang basah terbuka.
"Cantikmu luar dalam. Rasanya ingin bercinta denganmu setiap hari."
Lorna mencubit dagu Dewa dan berbisik.
"Mulai nakal!"
Dewa tersenyum.
"Kamu yang membuatku nakal."
"Bercintalah denganku setiap hari..." goda Lorna.
Dewa tertawa renyah.
Keduanya lantas bercanda. Bila berdua dan bertemu dengan Dewa, hari-hari kehidupan Lorna terasa bersinar. Bila saling memandang keinginan untuk mengutarakan kata cinta selalu tak terbendung. Bila Dewa mengutarakan keinginan untuk bercinta setiap hari, itu hanyalah sekedar bercanda. Karena setiap kali bersama, tak pernah Dewa menyentuh tubuhnya lebih dari sekedar memeluknya untuk memberikan kehangatan kasih sayang. Bila ada keinginan untuk bercinta, terlebih dahulu keduanya saling bertanya terlebih dahulu. Setidaknya saat tidur Dewa hanya mencium kening, pipi maupun bibir, dan itu tak lebih sebagai ungkapan perasaan cinta dan kasih sayang.
"Dewa lapar? Kita makan dulu ya?"
"Lorna lapar?"
"Kalau Dewa mau, Lorna juga mau."
"Kenapa menungguku? Atau mau kutemani makan? Ya, sudah kita makan kalau begitu."
"Ada gurami goreng yang dibelikan Titi tadi, bisa kita oven sebentar, biar hangat."
Titi membantu menyiapkan semuanya di atas meja. Lalu mereka berdua makan bersama. Dan seperti biasanya Lorna senang mendampingi Dewa makan. Tak ada yang terlewatkan tanpa saling memperhatikan disaat berdua. Saat bersama adalah saat melepaskan segala keinginan yang selama ini tertahan.